Jembatan Piano’ di Pandeglang yang Bikin Ngeri-ngeri Mantap

0
Sejumlah siswa berjalan melawati jembatan gantung yang rusak di Desa Sukamulya, Pandeglang, Banten, Selasa (30/7/2019). Jembatan gantung yang menjadi penghubung Kampung Cikaret menuju Binuangen tak kunjung diperbaiki oleh Pemda setempat sehingga membahayakan warga yang melintas. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/af/foc.

PelitaTangerang.com, Banten — Sebuah jembatan gantung di wilayah pelosok Pandeglang, Banten kondisinya memprihatinkan. Jembatan itu hanya beralaskan potongan bambu dan kayu, dan jika diperhatikan lebih dekat memiliki bentuk yang tak jauh berbeda dengan alat musik piano.
Pantauan detikcom di lokasi, Jumat (10/12), kondisi jembatan yang berada di Desa Kramatmanik, Kecamatan Angsana, Pandeglang, ini sudah begitu lapuk dan rawan ambruk jika dilintasi warga. Pasalnya, warga juga kerap membawa kendaraan roda dua saat melintas di atas jembatan.

Meskipun rawan, jembatan yang memiliki panjang 28 meter dengan lebar 1,5 meter itu tetap saja digunakan warga untuk melintas ke desa seberang. Bukan tanpa alasan, warga harus memutar lebih jauh jika melewati jalan lain dibanding melalui akses jembatan untuk sampai ke desa seberang.

“Kalau lewat sini (jembatan) lebih deket pak, enggak jauh. Jalan lain memang ada, tapi muter lagi pak terus jalannya juga jelek masih belum bagus,” kata Heri warga setempat saat berbincang dengan detikcom di lokasi, Pandeglang, Banten.

Sejak dibangun pada 2013 lalu, jembatan gantung ini awalnya begitu kokoh karena berbahan material besi meski alasnya hanya berupa potongan kayu. Namun kini, jembatan tersebut sudah lapuk dimakan usia dan bisa saja ambruk suatu saat karena besi-besi penyangganya sudah mulai rusak.

Kengerian tersebut bisa terlihat dari sling atau tali besi penyangga bagian bawah jembatan yang sudah hampir putus di kedua sisinya. Belum lagi, alas jembatan yang berupa potongan bambu dan kayu itu acap kali ambrol apalagi masuk musim penghujan seperti saat ini.

“Kalau hujan kan itu bambu-bambunya jadi licin pak. Pernah beberapa kali motor hampir jatuh ke sungai, untungnya masih ketahan sama besi yang di bawahnya,” ungkapnya.

Bukan hanya itu, besi penyangga alas jembatan di kedua sisinya juga sudah keropos bahkan ada yang terlepas dari posisi semula. Meski belum pernah ada korban, namun tetap saja warga selalu merasa was-was jika melintas di atas jembatan ‘piano’ tersebut.

“Guncangannya juga bikin deg-degan pak, itu kalau lewat pasti goyang. Kalau sudah begitu, kita paling Bismillah aja supaya nyampe seberang itu enggak apa-apa,” ucapnya.

Baca juga:
Warga Bertahun-tahun Bertaruh Nyawa Lewati ‘Jembatan Piano’ di Pandeglang
Belum lagi, jembatan ‘piano’ itu kerap digunakan anak di perkampungan Heri untuk berangkat ke sekolah. Setiap hari, anak-anak ini selalu dihantui kecemasan lantaran haru melintasi jembatan gantung yang sudah lapuk tersebut.

“Kalau pagi itu banyak anak sekolah yang lewat, kan bahaya takut ada apa-apa. Paling kalau ada anak sekolah, warga di sini nyebrangin mereka dulu semua supaya enggak ada yang jatuh dari jembatan,” tuturnya.

Kadang kata Heri, bagi warga pendatang, mereka harus mengurungkan niatnya untuk melintas di atas jembatan ‘piano’ tersebut. Tentu kondisi jembatan yang sudah lapuk dan rawan ambruk itu menjadi alasan bagi warga para pendatang yang mengurungkan niatnya melintas di atas sarana penyebrangan tersebut.

“Kalau yang baru lewat iya, kadang mereka enggak nyampe lewat sini, pulang lagi. Tapi kalau warga sini mah maksain aja lewat pengen nyeberang, udah biasa soalnya meskipun kondisinya begini,” tambahnya.

Warga pun berharap pemerintah bisa segera memperbaiki jembatan ‘piano’ yang rawan ambruk tersebut. Warga ingin mereka saat melintas merasa aman tanpa harus khawatir akan terjatuh ke bawah sungai.

“Harapannya pengen dibangun lagi, pengen diperbaiki supaya masyarakat yang lewat sini bisa aman. Apalagi yang bawa motor, itu rawan banget soalnya pak, takut jatuh ke sungai,” pungkasnya.(Red)